Kinerja serapan Domestic Market Obligation (DMO) batu bara Indonesia pada semester I-2025 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi DMO batu bara hanya tercatat sebesar 104,6 juta ton, yang merupakan 43,63% dari target tahun ini yang mencapai 239,7 juta ton.
Penurunan itu disebabkan oleh kelesuan permintaan dari sektor industri dalam negeri, yang tercermin dalam penurunan konsumsi batu bara.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Gita Mahyarani menjelaskan bahwa penurunan permintaan ini dipengaruhi oleh penyesuaian konsumsi di dalam negeri, terutama di sektor industri.
“Penurunan permintaan dari sektor industri domestik menjadi salah satu faktor utama melambatnya serapan DMO batu bara,” ujar Gita.
DMO Batu Bara: Tantangan dan Upaya Menjaga Ketahanan Energi Nasional
Meskipun penurunan permintaan terjadi, sektor kelistrikan tetap menjadi penyerap utama DMO batu bara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terus membutuhkan pasokan batu bara meski dengan harga cap DMO yang dipatok pada USD 70 per ton.
Gita menambahkan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh produsen batu bara adalah meningkatnya biaya produksi, yang membuat harga jual batu bara lebih sulit dikendalikan.
Selain itu, tingkat produksi batu bara pada semester I-2025 juga mengalami penurunan sebesar 11,94% dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi pada semester I-2025 tercatat sebesar 357,6 juta ton, jauh dari target produksi yang ditetapkan sebesar 737,67 juta ton.
Penurunan itu disebabkan oleh menurunnya permintaan pasar dunia, yang berdampak pada penurunan produksi dalam negeri.
Meskipun ada penurunan di beberapa sektor, terdapat sedikit peningkatan serapan batu bara di industri tekstil hingga Mei 2025. Sektor tekstil yang lebih stabil menjadi salah satu yang mampu meningkatkan permintaan terhadap batu bara, meski kontribusinya masih relatif kecil.
Sebagai perbandingan, ekspor batu bara pada semester I-2025 mencapai 238 juta ton, atau sekitar 32,18% dari total target produksi tahun ini. Ekspor ini menunjukkan bahwa pasar global masih menjadi salah satu faktor penting dalam menstabilkan pasar batu bara Indonesia.
Penurunan serapan DMO batu bara Indonesia pada paruh pertama 2025 mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh industri domestik. Namun, sektor kelistrikan dan industri tekstil masih menjadi harapan untuk menjaga pasokan dalam negeri tetap stabil.
Untuk itu, dibutuhkan upaya lebih dalam meningkatkan daya serap pasar domestik dan memperbaiki kinerja produksi batu bara untuk memastikan ketahanan energi nasional.
Demikian informasi seputar DMO batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Mehranschool.Org.