Terupdate

Eramet SA dan BASF SE Mundur dari Proyek Nikel Sonic Bay: Alasan dan Dampaknya

Eramet SA bersama mitranya BASF SE telah mengumumkan keputusan mereka untuk mundur dari proyek nikel Sonic Bay senilai US$2,6 miliar. Keputusan ini, menurut pernyataan resmi Eramet kepada Bloomberg Technoz, didasarkan pada beberapa pertimbangan strategis yang penting.

Alasan utama yang ditegaskan oleh Eramet adalah ketidakpuasan terhadap strategi eksekusi Proyek nikel Sonic Bay bersama dengan BASF SE. Mereka mengungkapkan bahwa mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan yang memuaskan mengenai syarat dan ketentuan kontrak proyek ini.

Selain itu, faktor alokasi modal juga menjadi pertimbangan krusial bagi Eramet. Meskipun mereka berkeinginan untuk berperan dalam rantai nilai baterai di Indonesia, mereka harus memilih dengan selektif terkait penggunaan modal mereka.

Perubahan dalam pasar global nikel juga turut mempengaruhi keputusan ini. Eramet mencatat bahwa dinamika pasar nikel telah berubah signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang membuat mereka lebih berhati-hati dalam menambahkan kapasitas produksi baru, terutama untuk nikel kelas baterai.

Group Chief Development Officer Eramet, Geoff Streeton menegaskan bahwa meskipun mundur dari Proyek nikel Sonic Bay, Eramet tetap akan fokus untuk mengoptimalkan sumber daya tambang Weda Bay secara berkelanjutan. Mereka berencana untuk memasok bijih nikel ke produsen lokal dan terus mengevaluasi peluang investasi dalam rantai nilai baterai EV di Indonesia, termasuk nikel, litium, dan kobalt.

Pendekatan ini sejalan dengan visi mereka untuk mendukung peran Indonesia dalam pasar global nikel, khususnya dalam konteks mobil listrik yang semakin mendominasi.

Di sisi lain, BASF SE, perusahaan kimia terbesar Jerman, juga mengkonfirmasi keputusan mereka untuk mundur dari proyek ini. Mereka mencatat bahwa ketersediaan nikel berkualitas baterai secara global telah meningkat, sehingga investasi sebesar itu tidak lagi dianggap perlu.

Proyek nikel Sonic Bay awalnya direncanakan sebagai smelter nikel-kobalt untuk bahan baku baterai EV, kini menghadapi ketidakpastian setelah keputusan mundur dari kedua investor utama Eropa ini. Meskipun begitu, potensi sumber daya alam Indonesia, seperti yang disoroti oleh Eramet, tetap menjadi fokus dalam strategi mereka ke depan.

Dengan demikian, keputusan mundur ini bukan hanya mempengaruhi proyek konkret, tetapi juga mengirimkan sinyal penting bagi industri nikel global mengenai dinamika pasar dan strategi investasi di masa depan.

Demikian informasi seputar Proyek nikel Sonic Bay. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Mehranschool.Org.