Investasi di Bali masih dianggap menarik oleh para investor atau penanam modal. Khususnya bagi mereka yang tertarik bergerak di sektor pariwisata.
Pasalnya, Bali merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi destinasi wisata dunia. Beberapa aktor Hollywood seperti Tom Holland, dan Chris Hemsworth dikabarkan pernah berlibur ke Pulau Dewata untuk menikmati keindahan alamnya.
Banyaknya turis domestik dan mancanegara yang berpakansi ke Bali membuat investor tertarik menanamkan modalnya di Pulau yang pernah menjadi lokasi syuting film “Eat, Pray Love” itu.
Investasi di Bali Kunci Pertumbuhan Ekonomi
Investasi merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Tanpa investasi, pertumbuhan ekonomi di suatu daerah atau wilayah bisa tersendat.
Oleh sebab itu, daerah atau wilayah yang menargetkan pertumbuhan ekonomi wajib membuka dirinya untuk investasi.
Salah satunya adalah Bali, yang sejak era 80-an memilih pariwisata sebagai sektor prioritas. Dampak dari keterbukaan ini membuat banyak investor datang ke Bali. Para investor berlomba-lomba membangun fasilitas pendukung pariwisata.
Para investor lokal ataupun asing memilih menyediakan akomodasi pariwisata untuk menanamkan modalnya. Khususnya di kawasan Nusa Dua dan Kuta.
Sementara pemerintah yang bertanggung jawab membangun insfratruktur pendukung pariwisata juga mengeluarkan investasi untuk jalan, bandara, pelabuhan serta berbagai sarana lainnya.
Karena investasi, pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewat terus meningkat. Selain itu, tingkat kesejahteraan warga yang bermukim di sana pun ikut meningkat.
Tak heran jika investasi dianggap sebagai berkah karena dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
Berdasarkan data, hingga November 2019, investasi di Bali mencapai Rp 9,713 triliun. terdiri dari PMA yang terealisasi sebesar Rp 4,862 triliun dengan total 1.758 proyek dan PMDN yang terealisasi Rp 4,851 triliun dengan 479 proyek.
Semua investasi di Bali itu meliputi sektor primer seperti tanaman, pangan dan perkerbunan, peternakan, perikanan dan pertambangan. Sektor sekunder (industri) ataupun sektor tersier (listrik, gas dan air, konstruksi, transportasi, serta hotel dan restoran).